Rabu, 21 Desember 2016

Ketika Senyum Hadir



“ Senyummu dihadapan saudaramu adalah sedekah ”. Begitulah Islam menjadikan aktivitas tersenyum sebagai suatu ibadah. Kelihatannya sepele sekedar menggerakkan bibir diiringi tatapan mata berbinar hingga orang yang memandang …



Senyuman Gambar Senyum Cerpen Senyum Itu Sedekah Senyum Menghabiskan Otot Senyum 30 Detik
“ Senyummu dihadapan saudaramu adalah sedekah ”.
Begitulah Islam menjadikan aktivitas tersenyum sebagai suatu ibadah. Kelihatannya sepele sekedar menggerakkan bibir diiringi tatapan mata berbinar hingga orang yang memandang anda pun akan merespon pula dengan sebuah senyuman.
Namun dikala galau melanda, suasana hati yang tidak mood, atau seabrek kerjaan menumpuk, saat itu mampukah anda mempersembahkan senyuman yang paling manis ?. Percayakah anda sebuah senyuman bisa merubah keadaan yang paling buruk sekalipun ?.

Keajaiban Dibalik Senyum
Tak setiap orang memiliki karakter ‘mudah tersenyum’ dan ketika sifat temperamental lebih dominan daripada sikap peduli atau smart anda bisa mencoba tips singkat berikut agar menjadi pribadi yang powerful, yang full senyum.
Cobalah berusaha tersenyum 30 detik dari sekarang niscaya anda akan merasa fresh, saat itu dalam tubuh akan terjadi reaksi – reaksi kimia yang memicu perasaan lega dan bahagia. Tersenyum bukan sekedar menunjukkan ekspresi gembira namun lebih dari itu ia membantu melepaskan hormon endorfin yang membuat  anda merasa baik, meningkatkan sirkulasi darah di wajah, membuat nyaman dengan diri sendiri dan tentunya membantu meningkatkan rasa percaya diri.
Cukup mudah dan praktis, semakin anda sering mempraktekkan ‘senyum’ baik kepada pasangan, kawan, kolega, anak atau siapa saja niscaya ia akan menjadi kebiasaan dan secara otomatis anda  akan mudah tersenyum karena otot yang membentuk anda tersenyum akan lebih kuat daripada  otot yang membuat anda cemberut dan mengerutkan dahi. Sebagaimana fakta ilmiah konon hanya dibutuhkan 13 saja untuk mengukir sebuah senyuman dan justru diperlukan 72 otot untuk cemberut.
Abbas As-Sisi mengatakan ,” Senyum adalah sebuah ungkapan rasa gembira, hasil sebuah reaksi tulus yang ada di dalam jiwa, menggerakkan hati lalu memancarkan sinar pada wajah laksana pancaran sinar petir. Ekspresi wajah seseorang seolah mampu bersuara dan berbicara. Karena ia dapat tertangkap dan menorehkan kesan dalam hati, yang kemudian semakin mempererat jarak antar mereka.”
Senyum menjadi awal yang indah. Dunia serasa penuh pesona tatkala kita memandangnya dengan lensa kebahagian dalam bingkai senyuman.

Senyum Merubah keadaan 
 Ketika anda merasa putus asa, marah atau bosan, sebuah senyuman akan  mengubah keadaan
emosi menjadi lebih positif. Cobalah, dan rasakan perbedaannya!. Dengan tersenyum ketika hati sedih, anda akan tertantang utuk tetap tegar sehingga orang lain tak akan tahu kalau anda begitu merana . Dan itu tak mudah kita perlu banyak belajar tersenyum, belajar menata hati biar senyum lebih tertata, pada saat kita senang ataupun kala kita susah. Tersenyum salah satu terapi mudah untuk mencoba melepaskan diri dari perasaan sedih dan negatif.
Senyum…..adalah pancaran sebuah keimanan yang kokoh , hati yang bersih tanpa tendensi dan prasangka negatif. Itulah senyuman yang teduh. Sebaliknya disaat hati penuh ambisi dan amarah negatif maka senyumnya tidak menjadi terkesan baik dan bahkan hanya sekedar basa – basi dan sama sekali tak menyejukkan.
Tak ada ruginya anda tersenyum, bukankah sebuah yang tulus akan mencairkan suasana kaku, membuat rileks, santai dan melepaskan ketegangan – ketegangan. Senyum memberi kesan bahwa anda pribadi yang ekstrovert, suka membuka diri, mau berbagi serta memiliki sersivitas tinggi untuk peduli pada orang lain. Tapi ingat senyuman yang terlalu ekstrem bahkan sembarangan di obral justru akan membuat sebuah senyuman kehilangan pesonanya bahkan tak lagi menarik maupun mengundang simpati. Di sinilah untuk tersenyum ada teori dan ilmunya. Senyum yang tanpa aturan dan kelewat batas bisa berakibat fatal bahkan bisa menuai prahara dan bencana.
Persembahkan senyuman super spesial lagi hangat untuk pasangan hidup anda, buah hati, orang tua, kawan sesama jenis serta orang – orang yang merupakan mahrom anda.
Anda bercita – cita menjadi sosok yang menyenangkan dan sedap dipandang ?
Mulai sekarang biasakan tersenyum bukan hanya sebagai intermezzo atau sebuah prolog penghias pergaulan. Namun senyum yang dilandasi kecintaan pada Allah ‘Azza wa Jalla dan anda senantiasa terobsesi untuk meraih rahmat dan pahala dari Allah ‘Azza wa Jalla semata. Itulah senyuman indah seorang mukmin yang selalu merindukan surga.
—————————————————————————-
Penulis: Ummu Nashifah Isruwanti
Murojaah: Ustadz Ammi Nur Baits
Maraji’:
“ Catatan Seorang Ukhti ” , Kusmarwanti, Penerbit Asyanil, Bandung, 2001.
Buku Sakti Minder dan Grogi “, Pongky Setiawan, Mantra Books, Yogyakarta, 2014.
Artikel www.muslimah.or.id


Sumber: https://muslimah.or.id/8611-ketika-senyum-hadir.html
Share:

Jangan Biarkan Setan Menjamah Dirimu!



Jangan Biarkan Setan Menjamah Dirimu    
Bismillahirrahmanirrahim
Kebanyakan para wanita mengalami peristiwa kerasukan setan pada saat mereka sedang mengalami masa haid. Pada masa haid, jiwa seorang wanita menjadi labil. Oleh karenanya, kekurangan itu pasti dimanfaatkan oleh setan.  Maka dari itu, perlu engkau ketahui di sini beberapa faktor penyebab setan merasuki tubuh seseorang, diantaranya:

1. Suka Berlama-lama Duduk di Depan Cermin untuk Berhias atau Lainnya

Perbuatan seperti ini mengandung unsur kekaguman terhadap diri sendiri, mengagumi keelokan paras, penampilan dan bentuk fisik sendiri tanpa menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan apa yang harus kita ucapkan ketika kita kagum terhadap keelokan diri kita, beliau bersabda:
اللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي
Ya Allah, sebagaimana Engkau telah mengelokkan parasku maka elokkan juga akhlakku.”[i]

2. Telanjang atau Membuka Aurat

Terkadang seorang wanita yang suka menyendiri di kamar pribadi mereka dengan melepas seluruh pakaiannya atau duduk di depan cermin untuk memperhatikan wajah dan tubuhnya sendiri, tidak menyadari bahwasannya ada mata yang lain sedang memperhatikannya ketika ia melepaskan pakaiannya!
إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ
Sesungguhnya setan dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27) 

3. Melakukan Masturbasi

a. Karena ketika melakukannya ia melepaskan pakaiannya dan menampakkan auratnya.
b. Menyalurkan nafsu sex dengan cara yang haram.

4. Menyaksikan Pornografi dan Pornoaksi

Seperti majalah-majalah atau video-video cabul dan porno. Apalagi sekarang ini banyak bermunculan majalah-majalah maupun video-video seperti itu, wal iyadzubillah.

5. Suka Berlama-lama di Kamar Mandi dan Terkadang Sambil Bernyanyi-nyanyi

Ini sering dilakukan oleh sebagian wanita. Setan sangat menyukai hal ini apalagi bila diiringi dengan suara merdu sehingga menarik perhatian mereka untuk menguasai dirinya.

6. Suka Menyendiri dan Menyepi

Menyendiri yang dimaksud di sini adalah menyendiri yang diisi dengan lamunan dan berkhayal tanpa diiringi aktivitas ibadah. Ini sering dilakukan oleh sebagian wanita untuk mengisi waktu kosongnya. Ingatlah bahwa setan suka bersama orang yang menyendiri, dengan dua orang setan akan menjauh. Di kala menyendiri ini sering terlintas pikiran-pikiran kotor dan keinginan-keinginan jahat dan buruk. Maka dari itu janganlah suka menyendiri yang tanpa disertai ibadah, seperti dzikir, tilawah Al-Qur’an, berdoa dan bersitighfar dan sejenisnya.
Wahai saudariku muslimah, jauhilah perkara-perkara di atas agar engkau terhindar dari jamahan setan yang terkutuk.
———————————
(Disalin dengan sedikit pengubahan dan tambahan dari Buku karangan Abu Ihsan Al-AtsariWanita Haidh Tak Luput Pahala, hlm. 55-57)

[i] Shahih; diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anhuma silakan lihat Al-Jami’ hal. 280 hadits no. 1307
Artikel muslimah.or.id


Sumber: https://muslimah.or.id/9075-jangan-biarkan-setan-menjamah-dirimu.html
Share:

Jumat, 13 Mei 2016

Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fathimah Az-Zahra

Ada rahasia terdalam di hati Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.


Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ‘Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!
Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.ross putihIa merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ‘Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ‘Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakar; ‘Utsman, ‘Abdurrahman ibn ‘Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ‘Ali.
Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakar; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ‘Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ‘Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakar sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
‘Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. “Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ‘Ali.
“Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.
‘Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ‘Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ‘Ali dan Abu Bakar. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ‘Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ‘Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, “Aku datang bersama Abu Bakar dan ‘Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ‘Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ‘Umar..”
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ‘Umar melakukannya. ‘Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.
‘Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. “Wahai Quraisy”, katanya. “Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ‘Umar di balik bukit ini!” ‘Umar adalah lelaki pemberani. ‘Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ‘Umar jauh lebih layak. Dan ‘Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti
Ia mengambil kesempatan
Itulah keberanian
Atau mempersilakan
Yang ini pengorbanan

Maka ‘Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ‘Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ‘Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya ‘Abdurrahman ibn ‘Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ‘Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?
“Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. “Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. “
“Aku?”, tanyanya tak yakin.
“Ya. Engkau wahai saudaraku!”
“Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
“Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”
‘Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.
“Engkau pemuda sejati wahai ‘Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, “Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
“Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
“Entahlah..”
“Apa maksudmu?”
“Menurut kalian apakah ‘Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
“Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,
“Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”
Dan ‘Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.
Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ‘Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
‘Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ‘Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda”
‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”
Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu” ini merupakan sisi ROMANTIS dari hubungan mereka berdua.
Kemudian Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”
Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:

“Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.” (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4)
Share: