Kisah wanita solehah Siti Masyitoh RA
Ketika itu Nabi Musa AS yang masih bayi dimasukkan oleh ibunya ke
dalam peti dan kemudian dihanyutkan ke sungai Nil, agar selamat dari
pembantaian raja Fir’aun. Yang membuat peti adalah Hizqil suami
Masyitoh. Maka dengan ketentuan Allah peti yang berisi bayi Musa itu
ditemukan oleh Siti Asiah isteri Fir’aun yang sudah beriman kepada Allah
secara diam-diam. Atas izin suaminya Asiah memelihara dan mengasuh Nabi
Musa sampai dewasa.
Hizqil memiliki isteri solehah dan bekerja sebagai tukang sisir
puteri raja Fir’aun. Karena profesinya itu ia sering dipanggil dengan
panggilan “Masyitoh”. Dia senantiasa taat terhadap Kitab Taurat yang
diajarkan oleh Nabi Musa AS. Pada suatu ketika Masyitoh sedang menyisir
rambut puteri raja, tanpa disadari sisirnya terjatuh, maka sepontan
Masyitoh menyebut nama ALLAH. Dan terdengarlah ucapan itu oleh sang
puteri seraya berkata “Jangan sebut nama itu, sebut saja nama ayahku,
kalau tidak aku adukan kepada ayahku”. Masyitoh menjawab “Tidak… Tuhanku
hanyalah ALLAH, dan
Dia Tuhan ayahmu juga”. Maka diadukanlah Masyitoh kepada Fir’aun.
Ketika berhadapan dengan Masyitoh, Fir’aun bertanya “Siapakah
Tuhanmu?”… “Tuhanku hanyalah ALLAH yang Maha Satu” jawab Masyitoh tegas.
Maka Fir’aun murka dan mengancam akan melemparkan Masyitoh ke dalam
minyak mendidih. Namun Masyitoh tetap dalam pendiriannya dengan berkata
“Saya hanya takut kepada ALLAH. Dan tidak ada tuhan selain ALLAH”.
Akhirnya Fir’aun memerintahkan pengawalnya membuat belangga (sejenis
kuali raksasa), dan kemudian diisi dengan minyak mendidih.
Maka dilemparlah Masyitoh beserta anak-anaknya ke dalam minyak itu.
Dan kini tinggal anaknya yang masih bayi. Sehingga karena kasihan
Masyitohpun ragu. Maka dengan kehendak ALLAH bayi itu dapat berbicara :
“Sabarlah wahai ibuku, sesungguhnya kita dalam pihak yang benar”.
Akhirnya hilanglah keraguan Masyitoh, dengan penuh gembira dan ikhlas
karena ALLAH sambil membaca “Bismillahi Tawakkaltu ‘alAllah WAllahu
Akbar”, Siti Masyitoh dan bayinya terjun ke dalam minyak mendidih.
Akhirnya tulang-tulang Masyitoh dan anak-anaknya dikuburkan di suatu
tempat atas permintaan Masyitoh sendiri yang dikabulkan oleh Fir’aun.
Hingga saat ini kuburan Masyitoh tetap harum semerbak, bahkan Nabi
Muhammad SAW sempat menciumnya ketika perjalanan Isro’ dan Mi’roj.
ﻴﺎﺍﻴﻬﺎ ﺍﻟﺬ ﻴﻦ ﺍﻤﻨﻭﺍ ﺍﺘﻖ ﺍﷲ ﺤﻖ ﺘﻘﺘﻪ ﻭﻻ ﺘﻤﻭﺘﻦ ﺍﻻ ﻭﺍﻨﺘﻡ ﻤﺴﻠﻤﻮﻦ
“Hai orang-orang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan
sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah mati melainkan dalam
keadaan Islam.” (QS. Ali Imron : 102)
0 komentar:
Posting Komentar